Kenapa Orang Melanggar Aturan?

Di negara kita, Indonesia, tentunya sering didengar istilah "Aturan ada untuk dilanggar". Memang jika mengambil sudut pandang dari luar bangsa kita seperti.. Waw ternyata kita ini bangsa pemberontak, atau bangsa yang tidak mau diatur. Namun setiap suara pasti berasal dari benda yang bergetar, tiada asap tanpa api. Istilah "Aturan ada untuk dilanggar" muncul bukan tanpa alasan. Budaya dibentuk oleh masyarakat sebagaimana masyarakat dibentuk oleh budaya, ibarat ayam dan telur.
Dalam postingan blog ini penulis akan memaparkan sebab-sebab orang melanggar aturan. Terinspirasi dari tulisan Phil La Duke mengenai hal yang sama namun dalam setting K3, berikut sebab-sebab tersebut.


sumber gambar: https://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiWl_zqmr_NAhXME5QKHcr8DaYQjhwIBQ&url=http%3A%2F%2Fnasional.sindonews.com%2Fread%2F947769%2F163%2F10-pelanggaran-lalu-lintas-paling-sering-terjadi-1420695422&psig=AFQjCNHGcNmODmnQ0rOGZgTzgoqvd35AwA&ust=1466807706673887

ALASAN PERTAMA: GAGAL MEMAHAMI ATURAN
Dalam banyak kasus contohnya pada birokrasi pemerintahan di daerah, masih banyak pegawai negeri yang kurang memahami SOP yang berlaku ketika melaksanakan tugas. Juga pada pengendara lalu lintas yang salah menggunakan lampu hazard (lampu 'sen dua' atau lampu 'righting dua' atau lampu kuning-yang-kedap-kedip-di-kanan-dan-kiri) sebagai tanda ingin lurus pada perempatan. Apabila terjadi seperti ini maka seolah tidak adil jika pelaku-pelaku tersebut dihukum karena mereka tidak mengetahui hal-hal yang sepatutnya. Namun bukan berarti masyarakat kemudian mentoleransi hal-hal semacam itu. Alih-alih mencari-cari cara menghukum para pelaku yang tidak tahu tersebut, sistem sosial seharusnya berfokus kepada mengevaluasi bagaimana para pelaku bisa mendapatkan akses untuk mendapatkan pekerjaan atau mendapatkan izin mengemudi, padahal mereka tidak mengetahui tata cara yang sepatutnya diketahui ketika menempati posisi sebagai aparat negara dan pengemudi jalan raya.

ALASAN KEDUA: TERALIHKAN PERHATIANNYA
Terkadang alasan orang melanggar aturan hanya karena sedang menghadapi suatu hal yang tidak biasanya terjadi dalam sebuah situasi. Misalnya pengendara yang menemui kecelakaan lalu lintas kemudian menabrak pengendara lainnya karena teralihkan perhatiannya oleh kecelakaan tersebut. Atau sedang mengalami masalah pribadi dan mengakibatkan sulit konsentrasi dalam pekerjaan dan menyebabkan bekerja tidak sesuai aturan atau prosedur yang ada. Dalam kondisi-kondisi tertentu memang perhatian manusia mudah sekali teralihkan sehingga yang harus diberikan solusinya bukan 'Bagaimana membuat orang-orang tidak teralihkan perhatiannya" namun "Bagaimana melindungi orang-orang dari perilaku ketika perhatian teralihkan".

ALASAN KETIGA: MENGUNTUNGKAN
"It's worth it!"adalah sebab yang sangat manusiawi yang menjadi alasan orang melanggar aturan. Beberapa artikel malah menyebutkan bahwa alasan orang melanggar aturan adalah sederhana - because people are selfish, because it is human nature that we are so greedy, karena manusia egois. Melanggar aturan bisa dinilai menguntungkan karena konsekuensi negatif dari pelanggaran aturan tersebut sifatnya tidak pasti sedangkan konsekuensi positifnya amat sangat pasti. Contohnya: pengusaha pabrik yang membuang limbahnya tanpa dilakukan detoksifikasi terlebih dahulu. Konsekuensi negatifnya apabila ketahuan adalah bisa saja terkena denda, bisa saja ditutup pabriknya sehingga bisa saja ia bangkrut. Sedangkan konsekuensi positifnya sudah pasti laba yang dihasilkan tidak perlu dipotong untuk proses tambahan yang tidak menghasilkan apapun. Terlihat jelas bahwa konsekuensi negatifnya apabila dan bisa saja, sedangkan konsekuensi positifnya sudah pasti. Dalam lingkungan safety worker yang dibahas oleh Phil La Duke, disebutkan pada umumnya orang melanggar banyak, banyak sekali aturan keselamatan tanpa mengalami cedera serius - dan bayaran dari hal tersebut? Mereka dianggap sebagai jagoan atau pahlawan karena berhasil mengerjakan pekerjaannya lebih cepat.

ALASAN KEEMPAT: ATURAN TIDAK MASUK DI AKAL
Banyak sekali aturan yang anakronistik. Artinya aturan tersebut 'ketinggalan jaman'. Mungkin saja aturan tersebut cocok ketika mulai diterapkan pada jamannya. Namun seiring perkembangan, aturan tidak diperbaharui. Hal ini disebabkan sifat aturan yang situasional, bergantung situasi dan kondisi masyarakat X pada tahun XXXX agar dapat menjaga tatanan masyarakat X di era XXXX. Aturan yang anakronistik bisa saja dipertahankan karena dianggap masih dibutuhkan untuk alasan-alasan yang baik, namun tidak pernah disosialisasikan dengan tepat kepada anggotanya. Dalam kasus lain aturan tersebut berhasil dijelaskan kepada para anggota namun dinilai bukan yang terbaik jika diterapkan oleh anggota.
Contoh: pengendara yang sudah lama cenderung tidak mematuhi aturan wajib menyalakan lampu besar bagi sepeda motor di siang hari. Mereka merasa aturan tersebut tidak ada pengaruhnya bagi keselamatan saat berkendara. Walaupun memang belum ada penelitian spesifik mengenai hal ini namun secara objektif menalar sepeda motor ukurannya relative kecil dan ketika menghidupkan lampu belok/ lampu sen/ lampu righting tidak akan terlihat jelas ke kiri atau ke kanan, jadi secara nalar sehat saat ini tentu saja Ya! akan berdampak pada keselamatan berlalu lintas.
Orang sering kali mencari informasi yang membenarkan apa yang mereka sudah percayai, dan mengabaikan segala informasi yang bertentangan dengan hal yang sudah dipercayai tersebut.

ALASAN KELIMA: ORGANISASI GAGAL "MENJUAL" ATURAN KEPADA ANGGOTANYA
Orang perlu tahu esensi dari diberlakukannya sebuah aturan. Aturan yang kurang baik disampaikan tidak memiliki faktor ini. Jika seseorang tidak mengerti konsekuensi bahwa aturan tersebut bermakna untuk melindungi dirinya, maka orang tersebut akan cenderung melanggar aturan ketika seharusnya aturan itu ia patuhi. Orang perlu dibuat percaya bahwa mematuhi aturan ialah respon yang tepat untuk menjauhkan diri dari bahaya yang mengancam. Apabila sistem sosial tidak dapat memenuhi hal ini, maka perlu dianalisa kembali dasar kebutuhan diberlakukannya sebuah aturan.

ALASAN KEENAM: ATURAN DINILAI KURANG DIBUTUHKAN UNTUK SEMENTARA WAKTU
Pernah bertemu lampu merah perempatan pada pukul 23:00? Kemudian melihat keadaan sekitar terlihat sepi dan merasa aman untuk tetap melaju? Beberapa lampu lalu lintas tetap difungsikan secara normal meskipun telah lewat jam sibuk karena suatu alasan yang baik dan matang. Namun ketika itu orang merasa bahwa aturan lampu lalu lintas tersebut kurang dibutuhkan karena melihat situasi yang relative sudah sepi dan cenderung melanggarnya. Bahkan orang-orang yang sangat mematuhi aturan, menjunjung tinggi nilai dari aturan tersebut, ketika menghadapi situasi demikian cenderung akan melanggarnya. Sayangnya, berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, fenomena yang disebut jay-walker ini justru tercatat banyak  memakan korban.

BAGAIMANA DENGAN ALASAN ANDA?



Semoga bermanfaat,
Penulis: @biyan_r
ZNN Training and Development
Citra Karya Nusantara Foundation

Tidak ada komentar:

Posting Komentar